PERTEMUAN 13, PSIKOLOGI UMUM II GANGGUAN PSIKOLOGIS
GANGGUAN PSIKOLOGIS
ABNORMALITY
Abnormal adalah perilaku tidak normal yang tidak sesederhana dan tampak. Perilaku abnormal ini
merupakan perilaku yang sebenarnya tidak normal (Cicarelli, 2015). Pertimbangan
seorang psikolog dalam menentukan apakah sebuah perilaku abnormal atau tidak,
diantaranya (Cicarelli, 2015):
a. Definisi Statistik Abnormal
perilaku abnormal adalah
perilaku yang langka, sedangkan perilaku normal merupakan perilaku yang umum. Misalnya, ini bisa
menjadi perilaku orang yang sama sekali tidak berbicara dengan orang lain, dan
Orang yang terlalu banyak bicara dengan orang lain. kedua Perilaku ini akan
dianggap abnormal. Dan untuk Bahagia, orang yang terlalu bahagia tidak
bisa berkata normal, karena definisi statistik normal tidak berlaku untuk
Kecerdasan, tetapi hanya dicatat dengan cacat intelektual atau Keterbelakangan
mental akan dianggap abnormal. orang IQ di atas orang lain akan sangat
dihormati (Troise& McGuire dalam Cicarelli, 2015).
b. Perangkat Normal Sosial
Selain definisi statistic, perilaku abnormal individu dapat dilihat dari bagaimana seseorang
bertentangan dengan norma atau standar masyarakat lingkungan individu tersebut
(Cicarelli, 2015). Contoh
Aplikatifnya yaitu, individu yang menolak menggunakan pakaian dalam masyarakat
dan lebih memilih untuk tampil tanpa menggunakan busana dapat dikatakan sebagai
abnormal. Namun, tidak semua perilaku penyimpangan dari norma
sosial dikatakan sebagai perilaku tidak normal. Misalnya, individu yang
memutuskan untuk menjadi seorang biarawan dan tinggal di sebuah biara di
Amerika akan menunjukkan perilaku yang tidak biasa dan tentu saja
tidak sesuai dengan standar perilaku masyarakat pada umumnya. Tetapi, hal itu
bukanlah sebuah kelainan yang bisa disebut sebagai perilaku abnormal.
c.
Subjective Discomfort
Salah satu tanda individu
abnormal ialah ketika ia mengalami banyak ketidak nyaman-an yang subjektif,
atau tekanan emosional saat terlibat dalam perilaku tertentu. Contoh
aplikatifnya yaitu seorang remaja yang menderita ketakutan ketika keluar
rumah akan mengalami kecemasan yang luar biasa ketika mencoba meninggalkan
rumah dan akan mengalami kesulitan sehingga tidak jadi keluar rumah.
d. Ketidakmampuan Berfungsi Secara Normal
Ketika seseorang tidak dapat menyesuaikan diri di masyarakat biasanya
akan dicap tidak normal. Perilaku ini dinamakan perilaku mal adaptive yang artinya orang tersebut sulit
untuk beradaptasi dengan tuntutan kehidupan. Perilaku mal adaptive merupakan perilaku yang pada
awalnya dapat membantu seseorang dalam mengatasi masalahnya, namun dapat
memiliki efek yang berbahaya juga. Misalnya seorang wanita yang melakukan self harm untuk
menghilangkan kecemasannya mungkin dapat mengalami kelegaan pada awalnya, namun
akan dirugikan akan tindakan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perilaku mal adaptive merupakan elemen kunci dari definisi kelainan
(Cicarelli,2015).
e.
Perspektif Sosial Budaya
Dalam perspektif budaya, perilaku yang dianggap abnormal dalam suatu budaya belum tentu abnormal
bagi budaya tertentu. Dalam perspektif sosiokultural tentang kelainan,
abnormal perilaku (serta perilaku normal) dilihat sebagai produk dari
pembentukan perilaku dalam konteks pengaruh keluarga, kelompok sosial di mana
seseorang berada, dan budaya di mana keluarga dan kelompok sosial berada.
Secara khusus, budaya perbedaan dalam perilaku abnormal harus ditangani ketika
profesional psikologis mencoba menilai dan memperlakukan anggota budaya yang
berbeda dari itu profesional. Relativitas budaya adalah istilah yang mengacu pada
kebutuhan untuk dipertimbangkan karakteristik unik dari budaya tempat orang
yang memiliki kelainan itu berada dipupuk untuk dapat mendiagnosis dan
mengobati gangguan dengan benar (Castillo dalam Cicarelli, 2015).
MODELS OF
ABNORMALITY
a. Model Biologis
Pada model ini ada penyebab medis terhadap gangguan psikologis. Model
ini menejelaskan tentang gangguan-gangguan psikologis seperti anxiety,
depression, dan skizofrenia yang disebabkan oleh sistem neuron yang bermasalah,
masalah genetik, kerusakan dan disfungsi otak. Dalam bahasa yang digunakan
banyak menggunakan istilah medis seperti diagnosis, pasien jiwa, rumah sakit
jiwa, terapi. Hal tersebut membuat model biologis ini memberikan pengaruh yang
sangat besar.
b. Model Psikologis
Meskipun penjelasan biologis tentang gangguan psikologis berpengaruh,
namun mereka bukan satu-satunya cara atau bahkan cara pertama di mana gangguan
dijelaskan. Beberapa model psikologis menjelaskan perilaku yang abnormal
sebagai akibat dari berbagai bentuk gangguan fungsi emosional, perilaku, atau
pikiran.
a.
Psychodynamic View
Psikodinamik menjelaskan adanya tidak teraturan pemikiran dan perilaku
sebagai akibat dari menekan pikiran, ingatan, kekhawatiran yang mengancam di
alam bawah sadar.
b. Behaviorism : Learning Problems
Ahli behaviorisme mengatakan kepribadian yang mempelajari 6 sekumpulan
respon maka tidak akan kesulitan dalam menjelaskan perilaku tidak teratur
seperti perilaku normal.
c.
Cognitive Perspective :
Thinking Problems
Para psikolog melihat adanya
fungsi maladaptif sebagai akibat dari pola berpikir yang tidak logis, hal ini
dilihat berdasarkan psikologi kognitif yang mempelajari cara orang berpikir,
mengingat, dan mengatur informasi secara mental.
c.
Biopsychosocial Perspective :
All of the above
Dalam beberapa tahun terakhir, pengaruh biologis, psikologis, dan sosial
budaya terhadap abnormal berinteraksi satu sama lain dengan menggabungkan
faktor-faktornya sehingga menimbulkan berbagai bentuk gangguan, tidak lagi dilihat
sebagai penyebab independen. Hal ini disebut model biopsikososial yang akan
berpengaruh dalam melihat hubungan antara pikiran dan tubuh (Ciccarelli &
Nolland, 2012).
DSM-IV TR
Digunakan untuk membantu
profesional psikologis mendiagnosis gangguan psikologis. Versi DSM saat ini
disebut Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental, Edisi Keempat, Revisi
Teks (DSM-IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000). (Versi Revisi Teks
tidak mengubah kategori apa pun dari DSMIV lama tetapi menambahkan materi teks
baru ke kategori yang sudah ada.
Kategori
Dalam DSM-IV-TR
DSM-IV-TR menjelaskan sekitar
250 gangguan psikologis yang berbeda. Setiap gangguan dijelaskan dalam
kaitannya dengan gejalanya, jalur khas yang diambil gangguan tersebut seiring
perkembangannya, dan daftar periksa kriteria khusus yang harus dipenuhi untuk
diagnosis gangguan itu akan dibuat. Manual tersebut juga membagi gangguan ini
dan fakta yang relevan tentang orang yang didiagnosis dalam lima kategori yang
berbeda, atau sumbu. Seorang psikolog atau psikiater menilai orang tersebut
pada masing-masing dari lima sumbu ini.
a. Axis I, Clinical Disorders, mengandung kelainan yang membawa kebanyakan
orang ke perhatian seorang profesional psikologis. Dengan pengecualian gangguan
kepribadian, semua gangguan psikologis terdaftar pada sumbu ini.
b. Axis II mencantumkan kepribadian gangguan bersama dengan keterbelakangan
mental (paling sering sekarang disebut intelektual disabilitas). Gangguan
kepribadian adalah bagian dari kepribadian individu dan relatif stabil serta
bertahan lama, memengaruhi hubungan, karier, dan perilaku. Stabilitas dan sifat
abadi dari gangguan kepribadian tampak lebih mirip dengan suatu kondisi seperti
keterbelakangan mental, yang merupakan gangguan perkembangan yang mempengaruhi
banyak area dari kehidupan individu.
c. Axis III mencakup gangguan fisik yang memengaruhi kesejahteraan
psikologis seseorang, seperti diabetes remaja, gangguan kromosom seperti
sindrom Klinefelter, dan tekanan darah tinggi.
d. Axis IV berisi informasi tentang masalah yang ada pada kehidupan orang
tersebut yang mungkin memengaruhi penyesuaian, seperti kematian orang yang
dicintai, kehilangan pekerjaan, atau kemiskinan.
e. Axis V, Global Assessment of Functioning, adalah penilaian keseluruhan
dibuat oleh ahli psikologis dari kesehatan mental dan penyesuaian diri, secara
harfiah peringkat pada skala 0 hingga 100. Misalnya, skor 91–100 akan diartikan
sebagai fungsi superior, 71–80 sebagai masalah sementara karena stres, dan
41–50 akan menunjukkan gejala serius atau gangguan fungsi (Cicarelli, 2015)
The Pros and
Cons of Labels
Profesional psikologis
mendiagnosis pasien dengan label yang menjelaskan kondisi mereka menggunakan
bantuan DSM-IV-TR yang berisis daftar gangguan dan gejala yang sesuai.
Label-label tersebut menjadi bahasa yang sama dalam komunitas kesehatan mental,
memungkinkan para profesional psikologis untuk berkomunikasi satu sama lain
secara jelas dan efisien. Selain itu label menetapkan kategori diagnostik yang
berbeda yang dikenali dan dipahami oleh semua profesional, dan membantu pasien
menerima pengobatan yang efektif. Label dapat menjadi alat yang menghemat waktu
dan bahkan menyelamatkan hidup, tetapi label juga dapat membuat kita bias,
memengaruhi penilaian kita, dan memberi kita praduga yang mungkin ternyata
salah.
ANXIETY DISORDERS
Gangguan kecemasan merupakan
suatu keadaan di mana seseorang mengalami kecemasan yang berlebihan dan
kecemasan tersebut sifatnya tidak realistis (Ciccarelli & Nolland,
2012). Kecemasan yang dirasakan penderita dapat digambarkan secara spesifik,
seperti munculnya rasa takut akan objek tertentu ataupun munculnya
kekhawatiran berlebih yang tidak diketahui alasan di baliknya. Rasa cemas
dapat dikatakan sebagai gangguan adalah ketika seseorang
mengalami kecemasan yang berlebih dari yang seharusnya.
a. Gangguan Fobia: Saat Ketakutan Keluar Dari Tangan
Salah satu gangguan kecemasan yang lebih spesifik adalah
fobia, ketakutan yang tidak masuk akal dan terus-menerus terhadap
sesuat bisa berupa objek atau situasi atau bisa melibatkan interaksi
sosial. Contoh aplikatinya fobia
terhadap kecoak. Menghindari ular hidup adalah rasional; menghindari gambar
kecoa tidak.
b. Gangguan Kecemasan Sosial (Fobia Sosial)
Fobia sosial merupakan sebuah gangguan kecemasan yang
melibatkan rasa takut dalam berinteraksi dengan orang lain atau berada
dalam situasi sosial yang umumnya gangguan ini diderita oleh orang dewasa
terutama remaja (Hanifa & Santoso, 2016). Seseorang yang memiliki
fobia sosial memiliki rasa takut akan dinilai negatif oleh orang lain sehingga
mereka cenderung untuk menghindari situasi yang dapat menyebabkan
terjadinya sesuatu yang memalukan.
c.
Specific Phobias
Fobia spesifik adalah ketakutan irasional terhadap beberapa objek atau
situasi tertentu, seperti ketakutan pada anjing atau ketakutan berada di
ruang kecil yang tertutup (klaustrofobia). Fobia spesifik lainnya termasuk
ketakutan akan suntikan (trypanophobia), takut perawatan
gigi (odontophobia), takut darah (hematophobia), takut mencuci dan mandi
(ablutophobia), dan takut ketinggian (acrophobia).
d. Agoraphobia
Agoraphobia dapat dikatakan seperti social phobias tetapi sifatnya
sedikit lebih kompleks. Penderita Agorafobia tidak hanya takut pada kerumunan
orang tetapi juga saat menyebrang jembatan, bepergian dengan mobil atau
pesawat, bahkan bepergian ke luar rumah. Berada dalam situasi tersebut secara
langsung atau dengan hanya memikirkan berada dalam situasi tersebut menimbulkan
perasaan cemas dan panik yang ekstrem.
e. Gangguan panik
Gangguan panik memiliki berbagai jenis gejala fisik : jantung berdebar
kencang, napas cepat, sensasi “keluar dari tubuh”,pendengaran dan penglihatan
tumpul, berkeringat, dan mulut kering (Kumar & Oakley-Browne, 2002).
Serangan panik terjadi lebih dari sekali atau berulang kali dan menyebabkan
kekhawatiran terus-menerus atau perubahan perilaku, hal itu menjadi gangguan
panik. Banyak orang yang mengalami serangan panik mengira bahwa mereka
mengalami serangan jantung dan dapat mengalami rasa sakit serta panik, tetapi
gejala tersebut disebabkan oleh rasa panik, bukan oleh gangguan fisik yang
sebenarnya. Secara psikologis, orang yang mengalami serangan panik berada dalam
keadaan teror dan banyak orang mungkin merasa perlu untuk melarikan diri.
Serangan itu terjadi tanpa peringatan dan tiba-tiba. Meskipun beberapa serangan
panik dapat berlangsung selama setengah jam, beberapa hanya berlangsung
beberapa menit, dengan sebagian besar serangan memuncak dalam 10 hingga 15
menit.
SOMATOFORM
DISORDERS
Diagnosis utama pada gangguan somatoform adalah adanya gejala fisik yang tidak terdapat penjelasan medis yang terkait. Orang yang menderita gangguan somatoform kerap kali mengeluh tentang gejala tersebut dan menghubungkannya dengan medis serta mereka menyangkal adanya faktor psikososial yang mungkin berperan dalam rasa sakit yang dialaminya (Waller & Eduard, 2006). Adapun gejala yang dialami penderita dapat berbagai macam, seperti pusing, mual, maupun nyeri yang dirasakan di beberapa area tubuh.
Adapun berbagai gangguan
somatoform di antaranya yakni:
1. Gangguan nyeri (Pain Disorder)
Pada gangguan ini individu akan mengalami nyeri pada satu tempat
atau lebih yang tidak dapat dijelaskan dengan pemeriksaan medis. Rasa
sakit ini diduga muncul akibat faktor konflik psikologis. Penanganan yang
dapat dilakukan adalah dengan pelatihan relaksasi, mengajari penderita
bagaimana caranya menghadapi stres, mendorong untuk mengerjakan aktivitas
yang lebih baik, dan meningkatkan kontrol diri. Gangguan nyeri
ditandai dengan adanya sakit parah sebagai fokus perhatian pasien. kategori
gangguan somatoform yang mencakup berbagai pasien dengan berbagai
penyakit, termasuk sakit kepala kronis, masalah punggung, arthritis, nyeri
otot dan kram, atau nyeri panggul. Dalam beberapa kasus nyeri
pasien tampaknya sebagian besar karena faktor psikologis, namun
dalam kasus lain rasa sakit berasal dari suatu kondisi medis serta
psikologi pasien. Gangguan nyeri relatif umum dalam populasi umum,
sebagian karena frekuensi cedera yang berhubungan dengan pekerjaan nya. Gangguan
ini tampaknya lebih umum pada orang dewasa yang lebih tua, dan rasio jenis
kelamin hampir sama, dengan rasio perempuan ke laki-laki 2:1 .
2. Hypochondriasis
Hypochondriasis merupakan keadaan di mana seseorang
memiliki keyakinan penuh bahwa mereka mempunyai penyakit fisik parah
yang dialaminya meskipun tidak adanya penyebab medis yang ditemukan
(Olatunji dkk, 2009). Tanda yang paling mudah diamati adalah upaya gigih
untuk mencari informasi dan jaminan tentang gejala atau penyakit yang
ditakuti. Individu dengan kondisi ini mungkin berulang kali menghubungi
dokter,mencari tes tambahan, dan sebagai macamnya. Sebagai hasil dari
manifestasi emosional, kognitif dan perilaku ini, hipokondriasis sering
mengganggu kehidupan sosial, pekerjaan dan fungsi keluarga, seerta biaya
ekonomi yang terkait substansial.
DISSOCIATIVE
DISORDERS: ALTERED CONSIOUSNESS
Gangguan disosiatif melibatkan
terjadinya disosiasi dalam kesadaran, ingatan, ataupun identitas yang dimiliki
oleh seseorang (Ciccarelli & Nolland,2012).
a. Dissociative Amnesia: Who Am I?
Pada dissociative amnesia, seseorang tidak dapat mengingat informasi
pribadi seperti nama sendiri atau bahkan peristiwa pribadi tertentu.
Amnesiadisosiatif penyebabnya lebih mengarah kepada psikologis daripada
fisik.Pukulan mental seperti pengalaman trauma emosional dan stress yang
dirasakan individu dapat menjadi salah satu penyebab dari dissociative amnesia.
b. Dissociative Identity Disorder: How Many Am I?
Mungkin gangguan disosiatif yang paling kontroversial adalah
dissociative identity disorder (DID), dikenal sebagai gangguan kepribadian
ganda. Dalam kelainan ini, seseorang tampaknya mengalami setidaknya dua atau
lebih kepribadian berbeda yang ada dalam satu tubuh. Mungkin ada kepribadian
"inti", yang biasanya tidak tahu apa-apa tentang kepribadian lain.
Fugues biasa terjadi pada gangguan identitas disosiatif, kepribadian inti
mengalami keresahan saat bangun di tempat yang tidak dikenal atau ketika orang
yang memanggilnya dengan nama lain (Kluft, 1984 dalam Cicarelli, 2015).
MOOD
DISORDERS: THE EFFECT OF AFFECT
Mood berarti suasana hati, sedangkan mood disorders berarti gangguan terhadap suasana hati. Biasanya gangguan ini berupa perubahan suasana hati yang ekstrem, penderitanya akan mengalami perubahan suasana hati dalam waktu yang singkat. Salah satu gangguan psikologis yang terkait dengan mood disorders adalah bipolar, (Choresyo dkk, 2015) penderita bipolar dapat merasakan rasa senang yang luar biasa dan tiba-tiba merasa depresif dikarenakan gangguan atas perubahan suasana hati penderita, mereka merasa tidak jelas atas apa yang mereka rasakan, gangguan ini dapat merusak emosi dan lingkungan sosial penderitanya. Mood disorders juga dialami oleh orang-orang yang depresi berat dan beberapa penyakit mental lainnya.
SCHIZOPHRENIA
DISORDERS
Schizophrenia dulu dikenal dengan nama demensia praecox, dalam bahasa Latin berarti “keluar dari pikiran seseorang sebelum waktunya”. Kemudian seorang psikiater Swiss yang bernama Eugen Bleuler, mengubah nama demensia praecox menjadi Schizophrenia untuk memberikan gambaran yang lebih baik mengenai pembagian (schizo-) di dalam otak (phren) antara pikiran, perasaan, dan perilaku yang terjadi pada orang yang menderita kelainan ini (Bleuler, 1911;Moller & Hell, 2002). Schizophrenia dapat didefinisikan sebagai sebuah gangguan psikotik yang bertahan lama (melibatkan putus hubungan yang parah dengan kenyataan), dimana tidak adanya kemampuan untuk membedakan hal yang nyata dari fantasi serta adanya gangguan dalam pemikiran, emosi, perilaku, dan persepsi.
PERSONALITY
DISORDERS
Kepribadian adalah
karakteristik pada diri individu, gangguan kepribadian disebabkan oleh
ketidakmampuan seseorang menjalin hubungan dengan orang lain dan
beradaptasi dengan lingkungan dan norma yang ada, perilaku menyimpang yang
menjadi kebiasaan dari penyebab tersebut kemudian membentuk gangguan-gangguan
pada kepribadian seseorang. Ada banyak jenis gangguan kepribadian, beberapa di antaranya
ialah antisosial, narsis, paranoid, dan sebagainya (Utami & Pribadi, 2013).
Komentar
Posting Komentar